Beberapa tahun belakangan ini keputusan penentuan awal
Ramadhan sering kali terjadi perbedaan di tengah umat Islam. Antara satu
organisasi muslim dengan yang lain punya kelender tersendiri dalam menentukan
pergantian hari-hari dalam bulan qomariyah. Hal inilah yang menyebabkan terjadi
perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri bulan Ramadhan.
Masjid Babussalam Kuzazo pun tak luput dari permasalahan ini.
Seiring waktu berlalu, Masjid Babussalam mencoba beridiri dan menentukan
pilahan dalam hal perbedaan ini. Berdasarkan kenyataan yang telah lalu dan juga
atas permintaan segenap warga dan jamaahnya, Masjid Babussalam memilih “cenderung” pada keputusan salah satu
ormas Islam yaitu Muhammadiyah dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan.
Tentu saja banyak hal yang mesti didiskusikan terkait hal ini,
mulai dari hal perbedaan istidlal, metode yang digunakan sampai pada konteks umaro yang harus ditaati oleh segenap
rakyatnya.
Namun, seperti yang dikatakan sebelumnya, sikap “cenderung” ini bukanlah sikap baku DKM
dan jamaah Masjid Babussalam. Ini adalah situasional! Jika memang ternyata
suatu saat ada keputusan yang dirasa lebih bijak dan mengandung banyak
kemashlahatan, maka sikap ini pantas untuk ditinggalkan.
Di lain pihak, Pengurus Masjid Babussalam ingin mengulangi apa
yang telah menjadi pengatahuan dan kesadaran bersama dan juga sering disampaikan oleh Sesepuh dan tokohnya K.H. Muhammad Atom dalam khutbah dan ceramahnya, bahwa Babussalam bukanlah
Masjid Muhammadiyah, baik secara struktural maupun kelembagaan. Babussalam
adalah masjid milik semua umat Islam yang berkomitmen pada pembaharuan dan
pengentasan bid’ah. Berangkat dari komitmen ini, jamaah Masjid Babussalam bisa
berasal dari mana saja dan ormas apa saja tak terkecuali Muhammadiyah, NU, Persis,
Al Irsyad, Hidayatullah, dan lain-lain atau bisa juga berasal dari anggota
Parpol lainnya.
Wallahu a’lam bishowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar